Terik
matahari menyentuh lembut tubuh Zahra. Ya, Zahra adalah seorang gadis berusia
18 tahun. Badannya yang kurus karena dia divonis mengidap penyakit kanker otak.
Ketika ia duduk di bangku SMA, ia kerap dipanggil triplek oleh temannya.
Sebegitu kuruskah Zahra sampai ia dipanggil triplek oleh temannya?
Zahra
adalah seorang Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Ia
mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, kini ia duduk di kelas PBI-2A.
Sudah hampir setahun Zahra menjadi
mahasiswi UPI, dan semakin kurus pula gadis ini karena ia disibukkan dengan
tugas-tugas kampus.
Terik
matahari membuat Zahra membuka matanya, dan ia baru sadar kalau ternyata
dirinya tertidur di bangku taman belakang kampus tempat favoritnya dimana
ketika Zahra sedang bahagia ataupun sedih, pasti ia ada disana. Zahra menyaksikan
keindahan taman di sekelilingnya, dilihatnya pepohonan hijau dan bunga-bunga
yang ada di sekitarnya. Dilihatnya cahaya matahari yang menembus celah-celah
dedaunan dari pepohonan yang mengelilinginya, ternyata hari sudah semakin
siang. Zahra pun memutuskan untuk pulang karena ia takut orangtuanya akan
khawatir jika Zahra belum sampai di rumah. Dan Zahra pun pulang dengan berjalan
kaki walaupun lumayan jauh, tapi ia lebih memilih berjalan kaki ketimbang naik
kendaraan.
Disepanjang
jalan, ia menikmati keindahan pepohonan yang menyejukan. Ia biarkan angin
berbisik lembut di telinganya. Ia biarkan sejuknya angin menyelimuti tubuhnya.
Sebenarnya Zahra merasa heran karena sebelumnya Zahra belum pernah merasakan
keindahan dan kesejukan yang membuatnya begitu nyaman, seperti terlepas dari
semua bebannya, sehingga ia tidak sadar ternyata ia sudah sampai di depan
rumahnya. Ketika telunjuk Zahra akan menekan bell, ternyata sudah ada yang
membuka pintunya, padahal bell itu belum ditekan oleh Zahra.
“Kok
pintunya udah dibuka? Padahal kan aku belum tekan bellnya”, gumam Zahra dalam
hati. Tapi Zahra tersenyum karena yang membuka pintu adalah ibunya, lengkap
dengan pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan.
Baru saja Zahra hendak melangkahkan kakinya untuk menghampiri ibunya, tetapi
ibunya langsung pergi begitu saja tanpa menutup pintu dan tanpa melihat Zahra
yang berdiri di sampingnya. “Ibu mau kemana? Kok ibu nggak nyapa aku? Jangankan
nyapa, noleh aja nggak”, gerutunya sambil menjingkatkan sebelah alisnya dengan
penuh tanda tanya. “Mm mungkin ibu buru-buru mau ke Mini Market makanya nggak
nyapa Zahra. Zahra ikutin ah, kebetulan Zahra lagi laper nih, hehe”,
sambungnya, karena ia pikir ibunya mau pergi ke Mini Market.
***
Sesampainya
di tempat tujuan.
“Loh, ini
kan rumah sakit, kok ibu kesini? Siapa yang sakit? Apa jangan-jangan ayah yang
sakit?” gumam Zahra. Zahra terus membuntuti ibunya karena ia penasaran siapa
yang mau dijenguk ibunya, dan ia khawatir kalau orang itu adalah ayahnya.
Sesampainya
di depan kamar rawat inap, Zahra melihat ayahnya sedang duduk di kursi dalam
keadaan baik-baik saja, lantas siapa yang sakit? Kemudian Ibu Zahra menghampiri
suaminya, dan Zahra hanya memperhatikan mereka di balik tembok, tanpa tahu apa
yang mereka bicarakan karena tidak terdengar olehnya.
“Itu kan
ayah, ayah kelihatannya bak-baik aja, terus yang sakit siapa? Kenapa
kelihatannya mereka begitu khawatir? Jadi penasaran nih”. Akhirnya Zahra pun
menghampiri mereka karena ia penasaran siapa yang ada di kamar itu. Ketika
Zahra berjalan di depan mereka, namun mereka tidak menghiraukannya. Zahra
melihat, mereka tetap tertunduk seperti orang yang sedang mengharapakan
kesembuhan orang yang disayanginya, siapa lagi kalau bukan anaknya, Zahra.
Zahra pun melihat dari luar jendela siapa yang sedang berbaring di dalam, Zahra
pun tersontak karena yang ia lihat di dalam sana adalah dirinya sendiri,
beberapa kali Zahra mencoba memperhatikan dengan detail apakah benar orang itu
adalah dirinya, dan ternyata memang benar. Kemudian Zahra menghampiri
orangtuanya, “Ayah, ibu, ada apa ini? Apa yang terjadi?”, Zahra bertanya dengan
begitu herannya, tetapi mereka tidak menjawab, “Kenapa kalian diam saja?”
sambungnya. Zahra terdiam sejenak, “Apa karena ini mereka tidak mengenaliku?
Dari awal ketika aku pulang sekolah, ibu pergi tanpa menyadari kalau aku ada di
sampingnya, sekarang aku disini tepat di hadapan mereka bertanya-tanya, tapi
mereka tidak menghiraukanku. Apa yang sedang terjadi?”. Zahrapun menangis, dan
ketika ia akan pergi dari hadapan orang tuanya, tiba-tiba saja………………………
“brukk…….”.
***
3 hari
kemudian.
Perlahan-lahan
Zahra membuka matanya, ia merasa seperti telah tertidur lama, Zahra merasa
tubuhnya sangat lemah, Zahra melihat ke sekelilingnya, dan ternyata ia sedang
berbaring di rumah sakit, ditemani oleh kedua orangtuanya yang sangat ia
sayangi. Tampaknya ayah dan ibunya sangat lelah, sehingga mereka tertidur di
samping Zahra. Zahra memegang tangan ibunya dan membangunkannya, “bu… ibu…”,
ibunya terbangun dan terkejut ketika melihat Zahra siuman, dan kemudian
membangunkan ayah Zahra, “ayah, bangun yah… Zahra siuman”. Ayahnya terbangun
dan terkejut melihat anak semata
wayangnya akhirnya siuman dan dapat tersenyum kembali walaupun rasa sakit itu
masih terlihat di balik senyuman manis Zahra. “Alhamdulillah akhirnya Zahra
siuman”. Ujar ayahnya dengan wajah yang terlihat sedih dan terharu melihat
anaknya terbangun dari tidur panjangya. “Iya yah Alhamdulillah”. Timbal ibunya
sambil memeluk Zahra. “Ayah, ibu, kenapa Zahra ada disini?”, tanya Zahra. “3
hari yang lalu ada teman kamu yang datang kerumah membawamu dalam keadaan
pingsan dan hidungmu banyak mengeluarkan darah. Katanya, dia melihatmu tertidur
pingsan di taman belakang kampus. Ayah dan ibu langsung membawamu kesini karena
kami sangat khawatir. Dan selama 3 hari itu kamu tidak sadarkan diri, tapi
Alhamdulillah sekarang kamu sudah siuman”. Ibunya menjelaskan apa yang terjadi
pada Zahra. Zahra tersenyum karena dia sempat mengalami hal aneh, bahkan ia
melihat raganya sendiri sedang berbaring di rumah sakit. “Alhamdulillah, ini
semua berkat do’a ayah dan ibu, terimakasih ya bu, ayah, Zahra sayang kalian”.