https://sites.google.com/site/anythingstory/kumpulan-lagu/Sejuk.mp3

Rabu, 28 Januari 2015

what happen with me?



Terik matahari menyentuh lembut tubuh Zahra. Ya, Zahra adalah seorang gadis berusia 18 tahun. Badannya yang kurus karena dia divonis mengidap penyakit kanker otak. Ketika ia duduk di bangku SMA, ia kerap dipanggil triplek oleh temannya. Sebegitu kuruskah Zahra sampai ia dipanggil triplek oleh temannya?
Zahra adalah seorang Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Ia mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, kini ia duduk di kelas PBI-2A. Sudah hampir  setahun Zahra menjadi mahasiswi UPI, dan semakin kurus pula gadis ini karena ia disibukkan dengan tugas-tugas kampus.
Terik matahari membuat Zahra membuka matanya, dan ia baru sadar kalau ternyata dirinya tertidur di bangku taman belakang kampus tempat favoritnya dimana ketika Zahra sedang bahagia ataupun sedih, pasti ia ada disana. Zahra menyaksikan keindahan taman di sekelilingnya, dilihatnya pepohonan hijau dan bunga-bunga yang ada di sekitarnya. Dilihatnya cahaya matahari yang menembus celah-celah dedaunan dari pepohonan yang mengelilinginya, ternyata hari sudah semakin siang. Zahra pun memutuskan untuk pulang karena ia takut orangtuanya akan khawatir jika Zahra belum sampai di rumah. Dan Zahra pun pulang dengan berjalan kaki walaupun lumayan jauh, tapi ia lebih memilih berjalan kaki ketimbang naik kendaraan.
Disepanjang jalan, ia menikmati keindahan pepohonan yang menyejukan. Ia biarkan angin berbisik lembut di telinganya. Ia biarkan sejuknya angin menyelimuti tubuhnya. Sebenarnya Zahra merasa heran karena sebelumnya Zahra belum pernah merasakan keindahan dan kesejukan yang membuatnya begitu nyaman, seperti terlepas dari semua bebannya, sehingga ia tidak sadar ternyata ia sudah sampai di depan rumahnya. Ketika telunjuk Zahra akan menekan bell, ternyata sudah ada yang membuka pintunya, padahal bell itu belum ditekan oleh Zahra.
“Kok pintunya udah dibuka? Padahal kan aku belum tekan bellnya”, gumam Zahra dalam hati. Tapi Zahra tersenyum karena yang membuka pintu adalah ibunya, lengkap dengan pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan. Baru saja Zahra hendak melangkahkan kakinya untuk menghampiri ibunya, tetapi ibunya langsung pergi begitu saja tanpa menutup pintu dan tanpa melihat Zahra yang berdiri di sampingnya. “Ibu mau kemana? Kok ibu nggak nyapa aku? Jangankan nyapa, noleh aja nggak”, gerutunya sambil menjingkatkan sebelah alisnya dengan penuh tanda tanya. “Mm mungkin ibu buru-buru mau ke Mini Market makanya nggak nyapa Zahra. Zahra ikutin ah, kebetulan Zahra lagi laper nih, hehe”, sambungnya, karena ia pikir ibunya mau pergi ke Mini Market.
***
Sesampainya di tempat tujuan.
“Loh, ini kan rumah sakit, kok ibu kesini? Siapa yang sakit? Apa jangan-jangan ayah yang sakit?” gumam Zahra. Zahra terus membuntuti ibunya karena ia penasaran siapa yang mau dijenguk ibunya, dan ia khawatir kalau orang itu adalah ayahnya.
Sesampainya di depan kamar rawat inap, Zahra melihat ayahnya sedang duduk di kursi dalam keadaan baik-baik saja, lantas siapa yang sakit? Kemudian Ibu Zahra menghampiri suaminya, dan Zahra hanya memperhatikan mereka di balik tembok, tanpa tahu apa yang mereka bicarakan karena tidak terdengar olehnya.
“Itu kan ayah, ayah kelihatannya bak-baik aja, terus yang sakit siapa? Kenapa kelihatannya mereka begitu khawatir? Jadi penasaran nih”. Akhirnya Zahra pun menghampiri mereka karena ia penasaran siapa yang ada di kamar itu. Ketika Zahra berjalan di depan mereka, namun mereka tidak menghiraukannya. Zahra melihat, mereka tetap tertunduk seperti orang yang sedang mengharapakan kesembuhan orang yang disayanginya, siapa lagi kalau bukan anaknya, Zahra. Zahra pun melihat dari luar jendela siapa yang sedang berbaring di dalam, Zahra pun tersontak karena yang ia lihat di dalam sana adalah dirinya sendiri, beberapa kali Zahra mencoba memperhatikan dengan detail apakah benar orang itu adalah dirinya, dan ternyata memang benar. Kemudian Zahra menghampiri orangtuanya, “Ayah, ibu, ada apa ini? Apa yang terjadi?”, Zahra bertanya dengan begitu herannya, tetapi mereka tidak menjawab, “Kenapa kalian diam saja?” sambungnya. Zahra terdiam sejenak, “Apa karena ini mereka tidak mengenaliku? Dari awal ketika aku pulang sekolah, ibu pergi tanpa menyadari kalau aku ada di sampingnya, sekarang aku disini tepat di hadapan mereka bertanya-tanya, tapi mereka tidak menghiraukanku. Apa yang sedang terjadi?”. Zahrapun menangis, dan ketika ia akan pergi dari hadapan orang tuanya, tiba-tiba saja……………………… “brukk…….”.
***
3 hari kemudian.
Perlahan-lahan Zahra membuka matanya, ia merasa seperti telah tertidur lama, Zahra merasa tubuhnya sangat lemah, Zahra melihat ke sekelilingnya, dan ternyata ia sedang berbaring di rumah sakit, ditemani oleh kedua orangtuanya yang sangat ia sayangi. Tampaknya ayah dan ibunya sangat lelah, sehingga mereka tertidur di samping Zahra. Zahra memegang tangan ibunya dan membangunkannya, “bu… ibu…”, ibunya terbangun dan terkejut ketika melihat Zahra siuman, dan kemudian membangunkan ayah Zahra, “ayah, bangun yah… Zahra siuman”. Ayahnya terbangun dan terkejut  melihat anak semata wayangnya akhirnya siuman dan dapat tersenyum kembali walaupun rasa sakit itu masih terlihat di balik senyuman manis Zahra. “Alhamdulillah akhirnya Zahra siuman”. Ujar ayahnya dengan wajah yang terlihat sedih dan terharu melihat anaknya terbangun dari tidur panjangya. “Iya yah Alhamdulillah”. Timbal ibunya sambil memeluk Zahra. “Ayah, ibu, kenapa Zahra ada disini?”, tanya Zahra. “3 hari yang lalu ada teman kamu yang datang kerumah membawamu dalam keadaan pingsan dan hidungmu banyak mengeluarkan darah. Katanya, dia melihatmu tertidur pingsan di taman belakang kampus. Ayah dan ibu langsung membawamu kesini karena kami sangat khawatir. Dan selama 3 hari itu kamu tidak sadarkan diri, tapi Alhamdulillah sekarang kamu sudah siuman”. Ibunya menjelaskan apa yang terjadi pada Zahra. Zahra tersenyum karena dia sempat mengalami hal aneh, bahkan ia melihat raganya sendiri sedang berbaring di rumah sakit. “Alhamdulillah, ini semua berkat do’a ayah dan ibu, terimakasih ya bu, ayah, Zahra sayang kalian”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar